Penyuluh Agama Islam dan Penyuluh KB bersinergi dalam upaya mencegah terjadinya stunting
Senin, 14 Maret 2022 Penyuluh KB dan Penyuluh Agama Islam nagari Tanjung Bonai Aur bersinergi melaksanakan kegiatan pembinaan kepada kelompok KWT Karya Baru dan Kader KB di Nagari Tanjung Bonai Aur yang tepatnya pada jorong Koto Baru.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya stunting di Nagari Tanjug Bonai Aur.
stunting atau balita pendek adalah balita dengan panjang badan atau tinggi badan (PB/U atau TB/U) yang tidak sesuai dengan pertambahan umurnya. Penentuan kategori ‘pendek’ dinilai dengan standar baku WHO-MGRS. Normalnya, pertumbuhan tinggi badan seiring dengan pertambahan umur. ‘Pendek’ dijadikan indikator masalah gizi karena lebih mudah dan lebih dini dikenal dibandingkan dengan ekspresi hambatan organ tubuh lainnya.
Diantara hal-hal yang dapat mencegah stunting adalah Asupan Makanan Halal dan Thoyyib .
Generasi ‘emas’ dihasilkan dari keluarga yang berkualitas. Terjadinya stunting balita atau ‘pendek’ dipengaruhi oleh unsur terkecil, yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat sebagai unsur yang lebih luas. Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap asupan makanan, baik pada ibu dan balita. Lingkungan terkecil ini juga menstimulasi munculnya faktor risiko lain yang secara langsung berdampak pada terjadinya stunting, seperti penyakit infeksi dan pola asuh.
Islam secara lugas mengatur konsep makanan halal dan thayyib dalam QS. al-Maidah: 88 (yang artinya), “dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
Makanan halal hakikatnya adalah makanan yang ‘didapat’ dan ‘diolah’ dengan cara yang benar menurut agama. ‘Makanan yang baik belum tentu halal’ dan ‘makanan halal belum tentu baik’. Makanan yang diperbolehkan oleh agama adalah halal dari segi hukumnya, baik halal dzatnya, misalnya telur, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain, juga halal dalam proses memperoleh makanannya, yaitu diperoleh dengan usaha yang benar seperti sapi yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan lain-lain.
Sementara makanan yang thayyib atau ‘baik’ yaitu makanan yang dikonsumsi dapat memberikan manfaat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan tubuh. Makanan yang baik tidak membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. Konteks thoyyib bersifat kondisional sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan asupan gizi yang diperlukan untuk setiap individu sesuai dengan kelompok usia, jenis kelamin, status kesehatan, maupun faktor fisiologis lainnya. (F2)